CERPEN, “KISAH CINTA DEVI PRAMESTI GADIS BALI”



Devi Pramesti adalah gadis remaja yang cantik, berusia 17 tahun, rambutnya lurus, hitam, panjang sepinggang. Dia terlahir dari keluarga kaya raya di kuta Bali pulau Dewata. dia anak semata wayang dari pasangan I Made Komang Suade dan Ny Wayan Sri, tak ayal dia sangat di sayang oleh ayah dan ibunya, sangat dimanja, apa yang diminta pasti di turuti, namun tidak… soal jodohnya, Devi telah di jodohkan dengan I Gusti Kerti Putra, laki-laki yang tidak sama sekali dia cintai, karna Devi telah memiliki pujaan hati yang sangat dia cintai.

Saat ini Devi masih duduk di kelas 3 SMA di Bali, dia termasuk siswi terpintar dan tercantik di sekolahnya, tak heran jika banyak yang menyukainya, dan tidak sedikit cowok-cowok harus berkali-kali gigit jari karna di tolak oleh Devi, namun Devi menolak mereka dengan kata sehalus mungkin dan memberikan pengertian kepada cowok-cowok itu, dan menawarkan untuk jadi teman, dan merka pun menerima keputusan Devi dengan lapang dada dan penuh pengertian dan tidak ada rasa membenci satu sama lain, malah mereka sangat akrab, saling bertukar pikiran, curhat, bercanda dan lain-lain.

Kecantikan, kepandaian, kekayaan yang dimilikinya tidak membuat Devi tinggi hati, bahkan dia malah rendah hati, baik, suka membantu teman dan orang-orang yang membutuhkan bantuan, itu lah sebabnya dia memiliki banyak teman, hanya saja dia belum mempunyai pacar, karna dia tidak mau konsentrasi belajarnya terganggu, dia ingin mencapai cita-cita nya untuk jadi Dokter, kedua orang tuanya pun sangat antusias dengan cita-cita puteri tersayangnya itu.
Akhirnya masa sekolah Devi berakhir, dan dia menginginkan melanjutkan kuliah kedokteran di Jakarta, namun ayahnya tidak setuju jika Devi harus ke Jakarta, karna di Bali juga ad Fakultas kedokteran, dan ayahnya belum siap untuk melepas Devi ke Jakarta lantaran di sana tidak memiliki sanak saudara. Soal masa depan anak, ayahnya memang sangat keras, tapi itu dia lakukan karna dia sangat menyayangi puterinya, dia tidak mau puterinya sampai terlantar dan tidak bahagia masa depannya, dan ayah nya sangat menginginkan kelak Devi menikah dengan pemuda yang derajatnya setara dengan keluarganya bahkan lebih tinggi derajatnya dari mereka.
Namun berbeda dengan ibunya, dia tidak sekeras ayahnya, ibunya tidak banyak komentar tentang jodohnya di hari kelak, karna dia yakin jodoh sudah di atur oleh Sang Hyang Widi. Dan tidak mungkin dapat melawan takdir kehidupan, baginya hidup, jodoh, kematian, sudah di atur sejak manusia masih dalam kandungan.

Namun kali ini Devi menentang keinginan ayahnya, dia belum ingin menikah, dia ingin menggapai cita-citanya dulu, baru memikirkan rumah tangganya.
Ke keras kepalaan ayahnya membuat devi setiap malam hanya menangis, dan membuat dia sakit. Ayah dan ibunya akhirnya menyetujui keinginan Devi untuk kuliah di Ibu Kota, dengan syarat sang ibu harus ikut bersamanya, hingga kuliahnya tuntas, Devi sangat gembira dengan keputusan ayah dan ibunya itu.
Seminggu kemudian Devi mempersiapkan perlengkapannya untuk kuliah di Jakarta, tidak terkecuali ibunya juga, ayahnya telah mempersiapkan tiket pesawat untuknya dan ibunya 2 hari yang lalu.
Keesokan harinya mereka terbang ke Jakarta, ayahnya melepas kepergian mereka dengan derai air mata kesedihan karna harus berpisah dengan istri dan putri tersayangnya hingga study nya selesai, sebelum pergi Devi menyempatkan memeluk dan mencium ayahnya.
Setelah sampai di Jakarta, mereka tidak membuang waktu, mereka mencari kontrakan yang tidak jauh dari kampus yang akan menjadi tempat belajar Devi selama kuliah di Universitas ini.
Akhirnya mereka mendapatkan kontrakan sebuah rumah yang lokasinya dapat di bilang Strategis, bahkan sangat dekat dengan lokasi perkuliahan kedokteran itu, sebetulnya bukan hanya Devi dan ibunya yang mengontrak rumah di situ, rata-rata penghuni di sini semua ngontrak, dan mereka bukan dari kalangan orang kaya seperti layaknya keluarga Devi, di lingkungan itu 80% penghuninya semua mahasiswa dari berbagai Fakultas dan beragai Universitas, dan pastinya mereka hanya 10% dari kalangan kaya, 40% kalangan menengah, 50% dari kalangan mahasiswa yang kuliah sambil bekerja demi membiayai kuliah mereka.
Semua penghuni kontrakan di lingkungan itu terlihat sangat ramah, memiliki tenggang rasa terhadap sesama, rukun, itu terlihat dari cara mereka yang saling tolong menolong antar tetangga, dan sangat welcome terhadap penghuni baru, bahkan di lingkungan itu ada ketua RT, yang mengharuskan Devi dan ibunya melapor untuk mendaftar sebagai warga baru, ketua RT itu ternyata seorang Mahasiswa di Fakultas kedokteran, dan sedang menyelesaikan S1 nya.
Hari pertama Devi masuk kuliah suasana nya tidak begitu ramai, karna situasinya masih dalam masa penerimaan mahasiswa baru. Devi mendaftar ke Fakultas kedokteran di antar oleh ibunya.
Selama menunggu pengumuman dari kampus, Devi memanfaatkan waktu untuk belajar, karna itu sudah kegiatan rutinnya semasa SMA dulu,
Devi dan ibunya sepakat untuk hidup hemat selama mereka di Ibu Kota, maka dari itu ibunya yang pandai memasak memanfaatkan peluang bisnis warung nasi, karna di lingkungan tempat mereka tinggal jauh dari tempat makan, paling dekat berjarak 1km, dalam benak ibunya itu suatu peluang yang sangat besar, karna penduduk lain tidak perlu bersusah payah mencari tempat makan, tapi sebelumnya Ny Wayan Sri minta ijin usaha ke ketua RT setempat, alhasil ketua RT menyetujui permohonan tersebut.

Dua hari kemudian Ny Wayan meresmikan warung nasi nya yang telah menarik perhatian semua kalangan penduduk di lingkungan itu, “Wah bu Wayan, masakan ibu benar-benar mantap, saya yakin teman-teman disini pasti sangat menyukai masakan bu Wayan, dan tentunya saya akan jadi pelanggan setia bu Wayan,” Ujar ketua RT dengan senyum lebar karna merasa puas dengan masakan bu Wayan. “ah pak RT bisa saja memuji orang” jawab Ny Wayan dengan senyum ramahnya
“tapi memang kenyataan nya masakan ibu ini benar-benar menggoyang lidah, wah bu pangil saja saya Hendi bu, lucu kalau saya di panggila bapak, emang saya sudah kelihatan bapak-bapak?” lanjut pak RT yang bernama Hendi itu “Iya nak hendi maafkan ibu, mana mungkin nak Hendi sudah bapak-bapak, nak Hendi masih terlihat sangat muda, tampan, calon Dokter lagi..” puji Ny Wayan Sri dengan logat khas Bali-nya “ah ibu bisa saja, oke bu kalau begitu saya permisi dulu”
“Iya, sering-sering datang kemari untuk mencicipi masakan ibu yang lain”
“Sudah pasti kalau itu bu wayan, mari bu” Ujar Hendi seraya pergi meninggalkan warung Ny Wayan Sri dengan senyum tidak lepas dari bibirnya.

“Devi, Bantu Mamak ye Bereskan Piring-piring ini”
“Siap Boooss”
Tidak disangka setelah jam istirahat banyak sekali yang berdatangan ke warung Ny Wayan untuk makan, membuat Ny Wayan sangat kelelahan, karna baru kali ini dia merasakan berjualan, apalagi pengunjung sangat ramai.

Belum sampai sore dagangan Ny Wayan sudah ludes, dan dia akan memasak lagi, tapi mana mungkin dia akan melakukannya seorang diri, sedangkan Devi ke Kampus untuk melihat pengumuman, akhirnya Ny Wayan terpaksa memasak lagi, tapi tidak terlalu banyak, ia memasak untuk di jual saat jam pulang kerja atau pulang kuliah.
“Mama, Devi pulang”
“Gimana hasil tes kamu Devi? apa diterima?”
“Devi di terima ma, dan besok devi mulai kuliah,”
“Syukurlah Devi, oh ya, bantu mama jualan ya, tapi kamu ganti baju lalu makan, baru bantu mama di warung”
“Oke deh mama ku sayang,” Devi mencium pipi ibunya, dan bergegas melaksanakan perintas ibunya, karna dia tidak mau mengecewakan ibunya.

Devi membantu mamanya di warung dengan semangat 45, dia melayani pembeli yang mulai ramai dengan senyum ramah terhadap pembeli.
Pukul 21.00 warungpun tutup, karna masakan juga sudah habis terjual, Devi langsung mandi setelah membereskan warung
Ny Wayan menghitung pendapatan pertamanya,
“Dapat berapa ma hasil warung kita?” Tanya Devi sambil memeluk ibunya dari belakang.
“Lumayan lah nak, total semua 2,7 juta, dipotong modal pertama sebesar 900 ribu”
“Wah banyak banget ma, tapi mama kecapean banget ya, Devi pijitin ya” seraya memijit ibunya depi melanjutkan ucapannya
“Ayah lagi apa ya ma di Bali, Devi kangen sama Ayah”
“Tadi sih ayah mu telpon, dia bilang mala mini dia mau nginap dirumah nenek,”
Devi manggut-manggut
“Sepertinya, mama membutuhkan 2 atau 3 orang untuk membantu mama di warung, mama kewalahan sekali kalau pembelinya banyak, dan tidak ada yang membantu mama, bisa kamu carikan nak?”
“iya juga sih ma, kasihan mama, ya sudah besok Devi Tanya sama teman-teman Devi siapa tahu mereka punya kenalan yang bisa bantu kita di warung”
“Ya sudah kamu tidur sana, besok kamu harus kuliah kan”
“oke boss”
Devi langsung pergi tidur, sedangkan ibu nya menyiapkan peralatan untuk besok kembali berjualan, Setelah selesai Ny Wayan langsung istirahat, karna tubuhnya terasa sangat letih setelah berjualan hingga malam hari.
Pagi-pagi sekali Ny Wayan sudah bangun, walaupun matanya masih mengantuk, tapi dia tetap berusaha untuk membuka matanya, Ny Wayan membuat secangkir kopi, untuk mengurangi rasa kantuk yang melandanya. Ny Wayan memasak nasi, kemudian menyiapkan 2kg daging sapi untuk rendang, 2kg ikan mas, dan sayur mayur lainnya sebagai pelengkap, semua dilakukannya seorang diri, dia tidak mau membangunkan putrinya, karna tidak ingin mengganggu istirahat nya.
Setelah pukul 05.00 Devi terjaga dari tidur nya, dia langsung ke kamar mandi untuk membasuh mukanya, setelah itu tanpa di perintah Devi membantu ibunya.
“Mama kok gak ng-bangunin Devi sih, kan Devi juga mau bantuin mama, sekalian Devi belajar masak” Devi sedikit memasang muka cemberut
“E E Ee eh, gadis mama sudah bangun, pagi-pagi sudah cemberut, sudah jangan cemberut, mama sengaja tidak bangunin Devi, karna mama lihat devi pulas sekali tidurnya, ya sudah kalu Devi mau belajar masak, tuh ikan belum di goreng” Ny wayan menunjukkan ikan yang di maksud sambil menggoda anak nya

“Jangan sampai gosong ya sayang ikannya” Ny Wayan mengingatkan Devi
“Iya mama, masa Cuma goreng ikan saja sampai gosong, Devi juga kan pernah goreng ikan waktu mama dulu di rawat di rumah sakit, dan masakan devi enak loh kata ayah”
“Alah kamu, masak air saja gosong, hahaha” timpal ibunya bercanda
“AAAAAHHH mama” Devi merengek karna di ledek ibunya
Devi pun menggoreng ikan mas dengan sangat hati-hati karna dia ingin membuktikan jika ikan goreng yang dia buat sangat enak.
Setelah semua selesai Devi langsung mandi dan bersiap untuk kuliah, karna ini adalah hari pertama dia jadi mahasiswi dia sangat semangat, semoga saja ya semangatnya tk pernah pudar sampai Devi di Wisuda.
Di kampus, Devi belum memiliki banyak teman, baru sekitar 4 orang temannya, itu pun cewek semua dan berbeda jurusan, Dian salah satu teman Devi yang sangat dekat dengannya sejak awal perkenalan nya sewaktu pendaftaran.
“Dian, apa kamu punya kenalan yang bisa masak?”
“Ada sih, memang buat apa kamu Dev orang itu?”
“Mama ku lagi butuh karyawan untuk ngebantuin di warung, setidaknya dia bisa masak nasi, rajin, ulet, jujur, soal umur gak jadi masalah”
“Hmm gitu, aku punya 2 kenalan, yang aku tau kalo Rani orangnya memang rajin, pintar masak, orangnya sederhana, maklum dia dari kampung, kebetulan dia juga lagi butuh pekerjaan,”
“yang bener yan? yaudah sehabis kuliah nanti kita temui teman kamu itu”
“oke lah, eh aku ada jam nih, aku duluan ya”
“Ya cantik”
“Daaahh” Dian pergi seraya melambaikan tangan nya
Devi duduk di taman sambil membaca buku, karna dia baru ada jam sekitar 20 menit lagi.
“Devi? Devi kan?”
Devi terhenyak kaget karna yang memanggilnya itu suara laki-laki
“Kamu, Kamu Made Chandra kan?”
“Iya ini aku Chandra, teman mu waktu kecil dulu, kamu sedang apa di sini? ‘’
“Aku kuliah disini, kamu sendiri, ngapain disini? kuliah juga? Fakultas apa?”
“Oh, Aku gak kuliah kok, aku kerja disini, mana punya uang aku mau kuliah, lulus SMP saja aku sudah bersyukur Devi,”
“kamu kerja apa Made di sini?”
“Aku kerja di kantin, kalau kamu mau ke kantin, aku ada di kantin yang dekat dengan mushola itu. “
“Gampang lah, yasudah, aku masuk dulu ya, aku ada kelas, daah” Devi pergi meninggalkan Made Chandra, dan Made pun pergi ke tempatnya bekerja
“Gak nyangka banget sih, aku ketemu dia disini, apa sudah jodoh ya” ucap Devi dalam hati ambil menuju kelas nya.

Setelah mata kuliah Devi selesai, Devi langsung ke kantin,
Dia mencari-cari kantin yang di tunjukkan oleh Made tadi, akhirnya devi melihat Made sedang melayani pembeli, dia ingin menggoda Made sebagai pembeli
“Bli, jus Jeruk 1 ya Bli” Devi menggoda Made
“Baik mbak nanti saya antar ke meja mbak, “jawab Made tapi dia tidak memperhatikan siapa yang memesan jus jeruk tadi, lantas dia langsung membuatkan jus jeruk pesanan Devi
“Silahkan mbak” kata Made ramah
“Terima kasih Made,” Kata Devi sambil tersenyum manis
Made menoleh
“Oh kamu Devi, aku pikir siapa, aku kira kamu gak akan mau ke kantin ku”
“Tidak mungkin lah Made aku tidak mau, aku juga kan sekalian ingin ketemu kamu, kan sudah lama kita tidak bertemu, tapi kamu kok masih inget sih sama aku?”
“Tentu aku masih ingat, mana mungkin aku lupa sama sahabatku sendiri, tapi kamu benar-benar sudah berubah”
“Berubah bagaimana Made?” Devi menyelidik
“Kamu tambah cantik setelah dewasa”
“Ah kamu bisa saja Made”
“Ya sudah kalau gitu, aku kerja dulu, nanti kita terus kan setelah aku pulang”
“Ya sudah, selamat bekerja ya Bli, nanti sore aku tunggu di taman ya”
Made tidak menjawab, dia hanya tersenyum, senyuman itu sudah lama sekali tidak Devi lihat.
Sebetulnya Devi sudah lama memendam perasaan terhadap Made, tapi semua itu dia pendam dalam hati, karna harus fokus sekolah dulu.
Sore itu Devi terlihat sedang duduk di taman sambil membaca buku tentang ilmu kedokteran, tidak lama kemudian Made menghampiri Devi, dan duduk di samping Devi.
“Bagaimana kuliah hari ini devi “Tanya Made setelah duduk bersama Devi
“Lumayan menyenangkan” Jawab Devi dengan senyuman manis nya
“Emang apa yang membuat kamu senang?”
“Banyak, hari ini hari pertama aku belajar di kampus ini, aku senang karna teman di kelas ku ramah, baik, tidak ada yang sombong, bahkan mereka banyak membantu ku”
“Pasti menyenangkan ya, kamu jauh-jauh dari Bali, hanya untuk menuntut ilmu, aku kagum sama kamu,”
“iya, ini semua demi cita-cita aku untuk jadi Dokter,”
“mudah-mudahan sang hyang widi meluruskan cita-citamu ya”
“Itu harapan ku Made, dan aku tak akan putus berdoa dan berusaha untuk mewujudkan mimpi ku”
“Aku suka semangat mu, oh ya, kamu tinggal dimana?”
“gak jauh kok dari sini, kalau kamu ada waktu luang, kamu main ke rumah ku, aku tinggal di Blok A no 35c”
“Gampang lah bisa di atur, kamu tinggal sama siapa?”
“Sama mama, mama juga jualan loh di lingkungan ku”
“Jualan apa?”
“Makanan, tapi aku kasihan sama mama, dia harus bekerja keras, mudah-mudahan teman nya dian mau membantu mama di warung”
“Emang mama lagi butuh karyawan?”
“Butuh banget, apa kamu punya kenalan yang bisa membantu kami?”
“Bagaimana kalau aku saja?”
“Emang kamu mau? kamu kan sudah kerja di kantin, dan gaji nya lumayan”
“Kalau kamu memperbolehkan, aku sangat mau membantu mama kamu, karna mama kamu sudah seperti mama ku sendiri”
“Yasudah kalau kamu mau, nanti aku bilang sama mama”
“Apa aku boleh ikut kerumah kamu?”
“tentu boleh dong Made, kamu kan sahabat ku”
Devi dan Made pun berjalan bersama menuju rumah Devi, sepanjang jalan mereka terlihat saling bercanda satu sama lain, mereka saling bertanya jawab tentang pasangan mereka
“Devi, sudah berapa mantan pacar kamu?”
“Aduh Made Made, aku ini belum pernah punya pacar Made, aku ingin fokus dengan cita-cita aku dulu, baru cari pendamping hidup.”
“Ah yang bener aja, masa gadis secantik, sepintar, dan sebaik kamu tidak punya pacar? Gak mungkin banget kan kalo gak ada yang mau sama kamu, Cuma orang terbodoh di dunia kalo orang itu tidak suka sama kamu”
“Made, Bukan nya aku bermaksud sombong, kalau yang menyatakan cinta sama Devi bukan sedikit, tapi hamper cowok-cowok di sekolahku nembak aku, tapi aku tolak.”
“Wah merana dong mereka, hahaha, siapa ya yang bisa menyentuh hati kamu Devi, pasti dia cowok yang tampan, kaya, pintar”
“Kamu Made, kamu satu-satu nya orang yang bisa buat aku jatuh cinta,” namun ucapan itu hanya di simpan di dalam lubuk hatinya yang paling dalam.
“Ah tidak seperti itu Made, Devi tidak pernah menilai laki-laki dari kelebihan atau kekurangan nya”
“Lalu dari apa Devi” Tanya Made penasaran
“Devi juga tidak tahu Made, kan Devi belum pernah pacaran
“Tapi kalau jatuh cinta sudah kan, siapa cinta pertama mu?”
Devi tidak menjawab pertanyaan Made, Devi mengalihkan pembicaraan mereka,
“oh ya Made, sejak kapan kamu berada di Jakarta? “
“Kalau tidak salah sejak kita Lulus SMP, dan waktu kita bermain di sawah kamu, itu hari terakhir aku melihat kamu, dan hari terakhir aku ada di Bali”
“Lama juga ya, sudah 3 tahun lebih itu made”
“Ya kurang lebih seperti itu”
“Ayah dan Ibu mu juga pindah ke Jakarta? “
Made hanya terdiam, terlihat di sudut matanya meneteskan air mata
“Kamu menangis Made? kamu kenapa? Apa Devi salah? maafkan Devi Made, Devi tidak bermaksud menyakiti hati Made” Devi kebingungan dan merasa bersalah kepada Made karna telah membuat Made sedih
“Kamu tidak salah Devi, Ayah dan Ibu Sudah meninggal” made meneteskan air mata
“Maafkan Devi, Devi tidak tahu, Devi tidak bermaksud membuat Made teringat sama Ayah dan ibu”
“Tidak apa Devi, oh iya rumah Devi masih jauh tak?”
“Kita sudah sampai Made, ini rumah Devi,” “Mama, Devi pulang”
“Sama siapa kamu Devi? siapa laki-laki ini?”
“Saya I Made Chandra bu, saya putra bapak Ketut Sangaji” Made yang menjawab
“Oh kamu Made, sudah dewasa kamu,”
“Ya iya lah ma, Devi saja sudah besar” ssambung devi
“silahkan duduk, maaf suasana rumah kami berantakan, maklum tidak keburu, sibuk di warung”
“terima kasih bu, ah tidak apa-apa, malah kontrakan saya seperti Pesawat Sukoi yang meledak”
“Ah bisa saja kamu, ketemu di mana sama Devi?”
“Kebetulan Made kerja di kantin tempat Devi kuliah bu, jadi Made bertemu Devi di kampus,”
“Bagai mana kabar orang tua mua?”
“Ayah sama Ibu sudah pulang ke pangkuan Hyang Widi 2 tahun yang lalu”
“jadi Ayah dan Ibu sudah tidak ada? Ibu turut berduka cita, “
“Terima kasih bu”
“Sebentar ya, ibu ke belakang dulu”
Made hanya mengangguk, Made melihat sekeliling, rumah yang di katakana kurang terawatt ternyata sangat nyaman, di sudut ruangan terlihat ada tempat ibadah, tidak lama kemudian Devi keluar membawakan segelas minuman dan sepiring kue buatan ibu nya.
“Maaf Made, hanya ini yang bisa kami suguhkan”
“Ah tidak usah repot-repot begitu Dev, aku jadi tidak enak”
“Oh iya, tadi Devi sudah bicara sama mama, kata mama kalu kamu mau, kamu boleh membantu mama, tapi bagai mana dengan pekerjaan mu”
“Soal kerjaan di kantin masalah gampang, aku bisa tinggalkan dan aku akan membantu kamu dan mama mu di sini”
Kemudian Ny Wayan keluar dan ikut duduk mengobrol
“yang benar Made kamu mau membantu ibu?”
“Ya bu, saya juga bisa memasak bu,”
“Wah kebetulan sekali, baiklah tapi ibu tidak bisa member upah yang besar, maklum lah warung kita kan hanya warung makan kecil saja”
“Gak usah mikirin upah saya bu, tidak di upah pun saya mau, karna ibu sudah Made anggap seperti ibu Made sendiri”
“Ah kamu, silahkan di cicipi, ibu mau ke warung dulu ya, ada yng mau makan tuh, kamu santai dulu saja di sini, besok baru kamu boleh kerja”
“Baik bu”
Ny Wayan pergi ke warung untuk melayani orang yang akan makan sore itu. Tidak lama terdengar pintu di ketuk oleh seseorang
Tok tok tok
“Permisi, Devi”
“Iya, oh kamu dian, silahkan masuk”
Dian datang kerumah Devi dengan seorang gadis muda, paras nya manis, kelihatan nya dia sangat lugu dan pemalu
“Oh iya Dev, kenalin ini teman ku yang aku ceritakan tadi pagi”
“Devi”
“Rani”
“Ini pacar kamu dev? Kok gak cerita sih sama dian”
“Ah bukan, kenalkan ini Made Chandra sahabat kecil ku dulu sewaktu masih di Bali”
Made dan Dian pun bersalaman, kemudian mereka membicarakan soal pekerjaan yang di tawarkan Ny Wayan, Made dan Rani setuju dengan system pekerjaan, upah, peraturan, lalu setelah selesai Made pamit pulang, dia berjanji akan datang lagi besik pagi, Dian pun pamit pulang, tapi Rani tidak, kara Devi meminta Rani menginap di rumahnya.
Pagi-pagi sekali Made sudah datang kerumah Devi, dia langsung mengerjakan apa yang seharusnya dia kerjakan, di sana sudah terlihat ada Rani yang sedang memasak, Devi juga sudah bangun dan ikut membantu ibunya.
Setelah barang dagangan siap Made menyusun di warung, Rani menyiapkan piring, Ny Wayan pergi ke pasar untuk membeli bahan, sedangkan Devi sudah bersiap untuk kuliah. Setelah sarapan bersama mereka melakukan aktivitas merek masing-masing. Devi berangkat kuliah dengan Dian yang menjemputnya.
Banyak sekali mahasiswa cowok memperhtikan merek berdua, karna Devi dan Dian termasuk mahasiswi baru yang cantik. Ketika mereka duduk di Taman kampus, ada seorang cowok menghampiri mereka,
“Maaf, apa boleh saya ikut bergabung duduk di sini? “
“Silahkan mas” Jawab Dian
“Buset nih cowok ganteng banget” Gumam Dian dalam hati
“Kenalin, saya Rio dari fakultas Ekonomi semester 3”
“Dian” dian menyambut perkenalan dengan menjabat tangan Rio
“Devi” Devi juga melakukan hal yang sama seraya dia tersenyum
“Kalian berdua anak baru ya, Fakultas apa?” Tanya Rio
“Kalau saya di Fakultas Hukum, dan Devi di Fakultas Kedokteran”
“Oh begitu, oh ya, nanti pulang kuliah jam berapa? Tanya Rio tiba-tiba
“Biasa nya kami pulang jam 3” jawab Dian
“Sebagai tanda perkenalan kita, gimana kalau nanti saya traktir kalian” Rio menawarkan untuk mentraktir
“Aku sih mau-mau aja, kebetulan aku lagi gak sibuk” kata Dian
“Kalau Devi gimana?”
“Maaf Rio, bukan saya tidak menghargai tawaran kamu, tapi saya harus membantu mama saya di rumah” jawab Devi dengan senyum
“Ya sudah tidak apa-apa, oke kalau gitu nanti pulang kuliah saya jemput kamu ya dian”
“Oke deh, yuk Dev kita ke kelas”
Devi dan Dian pun pergi ke kelas masing-masing.
Di dalam kelas, Devi tidak fokus belajar karna banyak sekali cowok yang menggoda dia, hilang kesabaran Devi, akhirnya Devi meneriaki mereka yang mengakibatkan dia harus mendapat hukuman, Devi tidak di perbolehkan mengikuti pelajaran hari ini, dengan berat ahti Devi meninggalkan kelas.
Devi duduk di taman lagi, lalu seorang cowok menghampiri nya
“Devi, kok kamu gak masuk kelas? katanya kamu ada jam”
“ehhh Rio, aku di hukum”
“emang kamu salah apa?”
“gak tauk akh, ya udah aku mau pulang”
“Devi tunggu”
“Ada apa?”
“Boleh aku mampir kerumah mu”
“Boleh, ya sudah aku duluan yah,” Devi bergegas pergi tanpa menghiraukan Rio lagi
Sepanjang jalan Devi memikirkan akan pergi kemana, tidak mungkin dia pulang, nanti ibu nya malah marah sama dia. Akhirnya Devi menyetop Taksi dia menuju toko buku terdekat.
Devi mencari buku tentang ilmu kedokteran, setelah mendapatkan buku Devi merasa perutnya mulai lapar, karna waktu itu sudah pukul 2 siang, akhirnya Devi pulang.
Ketika dia sampai dirumah, dia sedikit terkejut karna tidak ada orang di rumah, dia mencari di warung tapi warung tutup, Devi terlihat bingung, dia menetes kan air mata karna tidak ada orang di rumah.
Pergi kemana mama, Rani, dan Made? Devi menghubungi no mama nya, tapi tidak ada jawaban, akhirnya Devi kembali masuk kerumahnya.
Devi langsung menuju kamarnya yang terletak di lantai 2, tapi lampu di atas padam membuat suasana ruangan gelap, Devi meraba-raba dinding untuk mencari stop kontak lampu, setelah menemukan nya lantas Devi langsung menghidupkan nya, sekali lagi Devi terkejut.
“Happy Birhtday to you happy birthday Devi” Kata Ny Wayan setelah Devi menghidupkan lampu, Devi sangat terkejut atas kejutan yang di berikan ibunya. Perasaan nya tidak karuan antara senang, sedih, terharu menjadi satu, Devi langsung memeluk dan mencium ibunya.
“Selamat ulang tahun ya Devi, ini aku punya sesuatu buat kamu” kata Made kemudian
“Terima kasih Made,”
“Selamat ya mbak, semoga panjang umur” kata Rani pula
Ny Wayan melangkah kea rah sudut ruangan dan mengambil kado untuk Devi
“Ini hadiah dari mama buat kamu sayang” Ny Wayan menyerahkan bingkisan
“Apa ini ma?”
“Buka saja biar kamu tahu”
Kemudian Devi membuka kado dari ibunya, ternyata isi nya sebuah handphone baru
“sengaja mama belikan handphone baru buat kamu, mama lihat handphone kamu sudah tidak jaman lagi”
Memang Handphone yang di miliki Devi sudah tidak jaman, Devi memeluk lagi mama nya, kemudian Devi membuka kado dari Made, isi dalam bingkisan itu berupa boneka yang sangat di sukai oleh Devi, lalu Rani memberikan kado juga yang berupa jam tangan.
“Yasudah sekarang waktunya tiup lilin,” ujar Ny Wayan kemudian.
Setelah pesta ulang tahun selesai, Devi memanggil Made dan mengajak nya pergi ke halaman rumah.
“Made, terima kasih kamu sudah member Devi boneka yang Devi sukai” kata Devi setelah mereka duduk di bawah pohon mangga yang rindang.
“Sama-sama, tapi maaf itu bukan barang yang mahal”
“Harga tidak penting Made, yang penting itu keikhlasan”
“kalu soal itu sudah pasti saya ikhlas”
“tapi kamu tahu dari mana saya suka boneka itu? “
“Kamu lupa ya, dulu sewaktu di kampung, kamu kan pernah bilang sama Made, Made lihat di kamar kamu belum ada boneka itu”
“Wah Made jahat masuk-masuk kamar Devi, tidak melihat barang-barang pribadi devi kan” Devi menyelidik
“Maaf Devi, bukan maksud Made kurang ajar tapi bagaimana Made tahu Devi sudah punya atau belum jika tidak melihat kamar Devi” Made menjelaskan yang sebenarnya pada Devi
“oh ya Made, Devi boleh jujur tidak sama Made”
“Tentu boleh, masa aku mau melarang orang yang mau jujur”
“tapi Devi takut Made marah sama Devi”
“Kenapa musti marah?”
“karna ini menyangkut hati”
“Kenapa dengan hati kamu Devi”
“baiklah, sejujur nya, sudah lama sekali Devi menyimpan rahasia ini, Devi takut kalau Devi mengatakan nya, Made tidak mau lagi berteman sama devi”
“Rahasia apaan sih? Sdahlah lebih baik kamu mengatakan nya” Made mendesak Devi
“Devi.. hmm.. Devi sayang sama Made”
“ooohh, sudah sewajarnya kalau seorang sahabat menyayangi sahabatnya.”
“Tapi rasa sayang Devi bukan rasa sayang seorang teman, Devi tulus sayang sama Made, Devi cinta sama Made”
Made terdiam mendengar pernyataan Devi, dia bimbang antara percaya atau tidak
“Apa Made tidak punya perasaan yang sama seperti apa yang Devi rasakan?”
“Sejujur nya Made juga sayang sama devi, tapi itu tidak mungkin Devi, kita tidak mungkin bisa bersatu”
“Kenapa tidak mungkin “
“Perasaan kita bisa saja sama, sama-sama cinta, tapi derajat kita jauh berbeda Dev”
“Made, tolong jangan sangkut pautkan derajat dalam perasaan kita” kata devi mata nya mulai berkaca-kaca
“Aku tahu, orang tua kamu pasti tidak menyetujui hubungan kita”
“Baik lah nanti aku coba bicarakan sama mama”
“tapi”
“tidak ada tapi-tapian, kamu sayang kan sama Devi? “
“ya”
“Ya sudah, untuk sementara ini kita Back Street dulu, sampai aku punya waktu yang pas untuk membicarakan hal ini kepada mama dan ayah” kata Devi setengah memaksa
“Baik lah Devi, ayo kita sama mereka lagi, nanti mereka malah curiga,” ajak Made
Devi hanya mengikutinya dari belakang
“dari mana kamu Devi “kata Ny Wayan ketika Devi samapi di dalam rumah,
“Ngobrol sama Made di belakang”
“ya sudah, sekarang kamu lekas mandi, sudah bau”
“hhehe, iya mama, oh ya ma nanti malem boleh gak Devi pergi?”
“Pergi kemana?”
“Devi ingin jalan-jalan”
“Ya sudah, tapi dengan syarat”
“kok pake syarat sih mam?”
“mau nggak?”
“iya deh iya, apa syarat nya”
“kamu harus ditemani sama Made”
Alangkah senang nya hati Devi mendengar syarat itu, tapi tidak dia tunjukkan
“Oke deh, Devi mandi dulu”
...BLA BLA BLA ...Singkat ceritanya akhirnya devi jadian sama made, menjadi pasangan yang bahagia,...seru kan gaes ceritanya



CUPLIKAN VIDEO









Post a Comment

0 Comments