SANG PRIMADONA





SANG PRIMADONA

Link Sponsor Click  https://www.jaringanbersama.com/?id=Firmanaksomo


Tak pernah kulihat wajah sesempurna itu seumur hidupku. Tak pernah sekalipun. Bila aku menutup mataku

akan teringat jelas wajah itu, sepertinya wajah itu telah merekat dan menusuk sangat dalam di pikiranku.

Kemanapun pergi, apapun yang kulakukan, wajah itu akan selalu ada di hadapanku. Terkadang aku tampak

seperti orang bodoh di saat-saat sendiri. Mungkin ada yang berpikir aku ini aneh ya, tepatnya ketika aku

menikmati es krim seorang diri. Saat mulutku terbuka siap menerima sendok perak berisi es krim berwarna

ungu seperti anggur, entah mengapa mendadak bayangan wajah itu muncul di hadapanku. Dia tersenyum

sambil mengucapkan kata “Aku akan selalu dekat denganmu.”


Tidak tahu berapa lama aku mengkhayalkannya, begitu tersadar es krim dalam genggamanku tadi telah

mencair tumpah tepat di depan mulutku tanpa sempat aku memakannya.

Begitu tersadar, aku langsung mengedarkan pandangan ke sekelilingku. Benar saja, seperti yang sempat aku

pikirkan. Pelayan yang menghidangkan es krim tadi memandangku dengan tatapan aneh, juga salah satu

pengunjung berbadan gemuk tersenyum sambil menggeleng-geleng ke arahku.

Aku tadi sempat seperti patung. Sungguh, aku yakin itu tapi berapa lama? Wajahnya memang memiliki daya

 magis yang memikat otakku sampai sejauh ini. Dia memang sempurna.


Pada meja belajarku penuh dengan kumpulan album yang selalu kubuka, semua berisi wajah-wajahnya

yang mempesona, aku juga sangat menyukai lagu-lagunya hingga semua lagu-lagu lama sampai terbaru kini

aku koleksi dalam format kaset dvd. Berawal dari seorang model majalah dewasa, kemudian masuk dapur

rekaman, dan akhirnya menjadi bintang film. Sungguh dia seorang yang multitalenta, aku benar-benar

mengaguminya apalagi wajahnya. Suaranya memang pas-pasan namun entah mengapa aku tetap setia

mengoleksi lagu-lagunya. Setiap kali aku mendengar suara nyanyiannya mataku tidak pernah lepas dari salah

satu poster dirinya saat berada di pantai mengenakan bikini berwarna pink.


Wanita dalam keindahan yang begitu mempesona seperti bidadari surga. Aku tidak peduli meskipun ia pernah

menjadi kekasih orang lain, bahkan sempat foto-fotonya beredar dalam dunia maya karena ulah produsernya,

juga pernah menjadi artis yang diisukan terlihat sangat seksi dan Vulgar namun aku tidak peduli dengan

semua itu. Aku sudah memaafkannya karena wajah indahnya dari Yang Maha Agung. Aku tidak mampu

membanding-bandingkan wajahnya kepada manusia manapun di dunia ini. Cukup melihat wajahnya saja,

duniaku terasa begitu indah dan jauh dari rasa kesepian.


Salah satu album kubuka dan aku memandangnya begitu bangga sampai hampir menangis setiap kali

memandangnya. Aku tersenyum masam dan dirinya tersenyum biasa saja. Hanya inilah foto antara aku dan

dia, ya hanya satu ini dan ini begitu sulit sekali mendapatkannya, karena aku harus mengantri tiga jam

lamanya hanya untuk berpose berdua dengan dirinya.


Aku kecewa sekali ketika itu. Lihat ini, terpampang jelas dari senyumku begitu terpaksa hanya karena aku

ditolaknya untuk mendapatkan dua kali jepret saja. Dia menolak karena cukup terburu-buru untuk dapat

meladeni yang lain. Sekali lagi aku memaafkannya karena wajahnya itu.


Saat aku berjabat tangan dengannya aku langsung mengungkapkan isi hatiku padanya yang telah lama

terpendam. Dan inilah saatnya, seperti harta karun tersimpan lama dan sudah saatnya dibuka agar dapat

dinikmati isinya.

“Bolehkah aku menyentuh wajah kamu?” Begitulah kata yang terucap dari bibirku yang sedikit gemetar.

Ia berujar, “Untuk apa?”

“Aku hanya ingin memiliki wajah seperti kamu?” Aku benar-benar malu saat mengatakannya hingga

jantungku berdebar keras. Sungguh aku berharap sekali dapat menyentuhnya.

“Kamu bisa saja…” Setelah berkata seperti itu tidak sedikit pun kata-kataku tadi dianggapnya serius, untuk

selanjutnya ia malah meminta agar aku cepat pergi dengan alasan ia ingin pergi untuk syuting. “Lihat masih

banyak yang antri.” Katanya tersenyum terpaksa kepadaku.

“Dua kali foto boleh kan?” Kataku memohon.

“Maaf, sesuai prosedur kalau berfotonya hanya sekali saja.” Katanya lagi dengan mimik mulai pura-pura

tidak simpati. Kami pun berfoto dan hasilnya menjadi seperti sekarang tepat di depan mataku kini.


Aku kecewa sekali karena tidak dapat menyentuh wajahnya, namun tetap saja kumaafkan karena wajahnya

itu yang mempesonaku. Suara lain muncul dari dalam diriku, lantas mengatakan, “Aku tidak butuh sentuhan

tanganmu, namun yang kubutuhkan yaitu agar aku dapat menyentuh wajahmu.”


Aku bergegas membeli tiket konser itu. Sungguh beruntung karena aku termasuk seratus orang pertama

pembeli tiketnya, sehingga mendapatkan kaus bergambar. Aku tertawa melihat wajah di pakaian itu ternyata

mirip denganku.


Tidak kurang dalam waktu satu jam ribuan orang telah memenuhi lapangan konser hanya untuk menantikan

wajah fans tercintanya saja termasuklah diriku yang kini bergaya aneh menggunakan syal yang kugunakan

menutup separuh wajahku, topi musim dingin, baju hangat, dan tidak lupa kacamata bening. Aku terlihat

seperti orang yang sedang menghadapi musim penyakit dan sekarang dapat dikatakan aku nampak sekarat

dengan penampilan begini. Kulakukan ini hanya untuk menutupi wajahku saja.


Lampu tiba-tiba padam sejenak lalu kemudian menyala kembali dibarengi dengan tersingkapnya tirai yang

berada di atas panggung. Suara penonton bergemuruh menyaksikan itu, seketika semuanya terdiam karena

tirai yang tersingkap itu tidak nampak apa-apa sedikit pun seperti hanya ruang kosong saja.


Mendadak lampu tembak mengarah kepada para penonton lebih tepatnya ke arahku. Astaga, aku terkejut

bukan main. Aku kini merasa sedang ditelanjangi dan mungkin saja aku akan ketahuan sebentar lagi.

“Bagaimana ini?”

Tidak, tunggu dulu. Sepertinya bukanlah aku yang mereka maksud, tetapi wanita yang tepat berada di

belakangku dengan dandanan yang begitu anggun dan mempesona dalam balutan gaun hitam berenda-renda

seperti bintang yang bersinar.


“Inilah dia yang kita tunggu-tunggu.” Seru pembawa acara dengan penuh semangat. Pembawa acara

langsung menyebut namanya. Nama yang benar-benar tidak asing lagi padaku. Ia maju ke atas panggung

dalam sorotan cahaya lampu tembak bersama lima laki-laki pengawalnya yang berbadan besar. Semua

penonton bergemuruh senang ingin menyentuhnya namun dihalang-halangi kelima orang itu.


Ia terus berjalan dalam balutan kain sutra hitam yang menutupi wajahnya hingga tibalah ia di atas panggung.

Namun sebelum ia menunjukkan wajah jelitanya, mendadak layar yang ada di dekat panggung menyala.

Semua kenangan pada wajah-wajah lamanya diperlihatkan. Penonton sangat histeris menyaksikannya.

Sungguh aku tidak dapat membendung kebahagian ini juga, sehingga aku turut menjerit-jerit

menyaksikannya.

Dan akhirnya ia pun memperlihatkan wajah jelitanya diiringi musik orkestra. “Dramatis sekali,” pikirku.


Kali ini penonton terdengar lebih histeris lagi melihat wajahnya. Aku melihatnya tampak terkejut, sungguh

cantik, sungguh aku begitu terpesona dengan wajah itu. Wajah yang tak asing bagiku, seperti yang berada di

dinding kamarku. poster posterku, termasuk Lukisan di dindingnya semua adalah kamu Primadonaku.......



VIDEO MUSIC PILIHAN


Post a Comment

0 Comments